Manusia
dan Pandangan Hidup
Di minggu ke delapan ini
saya akan menjelaskan tentang manusia dan pandangan hidup. Berikut poin-pin
yang ada pada bab ini/.
Pengertian
pandangan hidup dan ideologi
Setiap
manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati, Karena
itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa
arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan,, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau
pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman
sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul sekita atau dalam waktu yang
singkat saja, melainkan melalui proses waktu lama dan terus-
Ilmu Budaya Dasar Halaman 1 dari 14
menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran
itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk
yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali
macamnya dan ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan
berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya
2. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan
norma yang terdapat pada negara tersebut
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif
kebenarannya
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu ;
∗
Cita-cita
∗
Kebajikan
∗ Usaha
∗
Keyakinan / kepercayaan
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan .
cita-cita aialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha
atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal
yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tenteram. Usaha atau
perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.
Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan
kepercayaan kepada Tuhan.
Cara
manusia memandang dan mensikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber
dari beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi
berasal dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat
atau lainnya. Luasnya spektrum pandangan manusia tergantung kepada faktor
dominan yang mempengaruhinya. Cara pandang yang bersumber pada kebudayaan
memiliki spektrum yang terbatas pada bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan
itu.
Dalam
tradisi Islam klasik terma khusus untuk pengertian worldview belum diketahui,
meski tidak berarti Islam tidak memiliki worldview. Para ulama abad 20
menggunakan terma khusus untuk pengertian worldview ini, meskipun berbeda
antara satu dengan yang lain. Maulana al-Mawdudi mengistilahkannya dengan
Islami nazariat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-TaÎawwur
al-IslamÊ (Islamic Vision), Mohammad AÏif al-Zayn menyebutnya al-Mabda’
al-IslÉmÊ (Islamic Principle), Prof. Syed Naquib al-Attas menamakannya Ru’yatul
Islam lil wujËd (Islamic Worldview).
Meskipun
istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama tersebut sepakat
bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala sesuatu.
Penggunaan kata sifat Islam menunjukkan bahwa istilah ini sejatinya adalah
netral. Artinya agama dan peradaban lain juga mempunyai Worldview, Vision atau
Mabda’, sehingga al-Mabda’ juga dapat dipakai untuk cara pandang komunis
al-Mabda’ al-Shuyu’i, Western worldview, Christian worldview, Hindu worldview
dll. Maka dari itu ketika kata sifat Islam diletakkan didepan kata worldview,
Vision atau Mabda’ maka makna etimologis dan terminologis menjadi berubah.
Penjelasan dari istilah menunjukkan akan hal itu:
Menurut
al-Mauwdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat (worldview) pandangan hidup yang
dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan
kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral
yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara
menyeluruh.[4]
Shaykh
Atif al-Zayn mengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan yang
rasional) yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada
hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad saw, dan kepada al-Qur’an dengan akal.
Iman kepada hal-hal yang ghaib……..itu berdasarkan cara penginderaan yang
diteguhkan oleh akal sehingga tidak dapat dipungkiri lagi. Iman kepada Islam
sebagai Din yang diturunkan melalu Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.[5]
Sayyid
Qutb mengartikan al-tasawwur al-Islami, sebagai akumulasi dari keyakinan asasi
yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran
khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat dibalik itu.[6]
Bagi
Naquib al-Attas worldview Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan
kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud;
oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka worldview
Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud).[7]
Pandangan-pandangan
diatas telah cukup baik menggambarkan karakter Islam sebagai suatu pandangan
hidup yang membedakannya dengan pandangan hidup lain. Namun, jika kita kaji
keseluruhan pemikiran dibalik definisi para ulama tersebut kita dapat beberapa
orientasi yang berbeda. Al-Maududi lebih mengarahkan kepada kekuasaan Tuhan
yang mewarnai segala aktifitas kehidupan manusia, yang berimplikasi politik.
Shaykh Atif al-Zayn dan Sayyid Qutb lebih cenderung mamahaminya sebagai
seperangkat doktrin kepercayaan yang rasional yang implikasnya adalah ideologi.
Naquib al-Attas lebih cenderung kepada makna metafisis dan epistemologis.
(dikutip dari http://pondokshabran.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=17)
Ideologi
adalah gabungan antara pandangan hidup yang meruupakan yang merupakan ninilai
–nilai yang telah mengkristal dari suatu bangsa serta Dasar Negara yang
memiliki nilai-nilai falsafah yang menjadi pedoman hidup suatu bangsa, selain
itu, Idiologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat kemampuannya
mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat suatu yang
bersifat dialektis antara idiologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak
membuat idiologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat
mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat,
bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya.
(dikutip dari http://one.indoskripsi.com/node/1439)
Cita-cita
cita-cita merupakan
keinginan, harapan, dan tujuan manusia atau bisa juga diartikan bahwa Cita-cita
adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya,cita-cita itu
adalah tujuan hidup.Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai
melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan
sebagainya.Keberanian kita mengambil resiko hari ini bisa jadi menjadi
kesuksesan tak terduga di masa depan kita.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri
khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak
manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan dan perbedaan antara satu
dengan yang lainya. Dari keunikan keunikan dan perbedaan perbedaan tersebut
manusia mempunyai cita cita yang berbeda beda juga. Setiap manusia yang hidup
pasti mempunyai cita-cita yang didambakannya yang menjadi impian dan tujuan
masing masing. Dalam mencapai cita-citanya dan tujuanya, manusia tidak akan
mampu hidup secara individu/sendiri. Dalam segala aspek, manusia sebagai
makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan dan hubungan dengan manusia yang lain.
Manusia hidup secara tolong menolong, saling membutuhkan.Cita-cita tersebut
merupakan keinginan dan tujuan yang ingin dicapai oeh manusia sebagai sebuah
harapan. Dalam mewujudkan cita-citanya manusia tersebut, pasti terhalang oleh
suatu masalah-masalah yang dapat menggagu dan menghambat terwujudnya dan
tercapainya cita-cita tersebut. dari masalah masalah itu manusia akan
mendapatkan banyak hikmah dan pengalaman yang bisa digunakan dalam kehidupan
yang akan datang. Apabila manusia tersebut tidak belajar pada masalah yang
datang, maka proses pencapaian cita-cita akan berlangsung lama bahkan tidak
tercapai sama sekali. Setiap manusia dituntut berusaha sendiri untuk mencapai
cita-cita yang diinginkannya.dari masalah masalah itu juga akan diuji kesabaran
manusia atas apa yang di inginkanya. selain berusaha secara fisik,manusia juga
harus berdoa kepada tuhan yang telah menciptakan kita . dalam berdoa kita
hendaklah berdoa yang baik,dengan agama dan kepercayaan apa yang kita anut.
Semua ini dilakukan agar tercapai antara keselarasan hidup di dunia maupun di
akhirat. Cita cita tidak akan tercapai kalau kita tidak mau berusaha untuk
mencapainya dengan usaha keras. Untuk menggapai cita-cita, harus diiringi tekad
kuat dan tidak mudah untuk menyerah serta tidak mudah putus asa. Maka manusia
dituntut menjadi pribadi yang selalu berusaha demi tercapainya cita-cita hidup.
Manusia haruslah berusaha mencari peluang-peluang untuk mencapai cita-citanya
dan tujuanya demi apa yang dia inginkan dimasa yang akan datang.Tapi jangan
lupa dengan cita-cita setelah kita mati nanti yaitu masuk surga. Masuk surga
pun harus kita perjuangkan selama kita hidup di dunia karena hidup kita pada
dasarnya adalah untuk ibadah dan merupakan ujian Tuhan kepada kita. Kita mati
tidak membawa apa-apa selain amal ibadah kita.
jadi menurut kesimpulan saya antara manusia,cita-cita dan tuhan sangatlah
terkait dan tidak bisa di pisahkan. manusia sebagai sebagai mahluk sosial
saling membutuhkan dengan yang lainya ,dalam proses perjalanannya manusia pasti
memiliki cita cita dan tujuan . untuk melakukan perwujudan cita cita tersebut
manusia berdoa dan meminta kepada tuhan tapi harus di sertai dengan usaha dan
kerja keras dalam mencapi tujuannya,selama dalam usaha mencapai cita cita pasti
dihadapkan pada haangan dan hambatan,halangan dan hambatan tersebut menjadi
ujian bagi manusia yang akan menjadikan manusia menjadi lebih kuat dalam
menghadapai kehidupan di dinia ini.
Kebajikan
Kebajikan
atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama
dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan
etika. Makna kebajikan Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia
itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung
berbuat baik Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa
dan badan. Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup bermasyarakat,
manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota
masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,
dan sebagainya. Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa
yang baik dan apa yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara
hati adalah semacam bisikan di dalam hati yang mendesak seseorang, untuk
menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah
laku.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah
laku setiap orang ada tiga hal: Pertama faktor pembawaan (heriditas) yang telah
ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Faktor kedua yang menentukan
tingkah laku seseorang adalah lingkungan (environ¬ment). Faktor ketiga yang
menentukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas yang pemah
diperoleh. SUMBER :
dwiariyanilylaku.blogspot.com/…/manusia-dan-pandangan-hidup.html H. Jelaskan makna
kebajikan Makna kebajikan Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya
manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri
atas jiwa dan badan. Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup
bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai
sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci,
saling merugikan, dan sebagainya. SUMBER : dwiariyanilylaku.blogspot.com/…/manusia-dan-pandangan-hidup.html
I. Sebutkan faktor-faktor yang menentukan tingkah laku seseorang Faktor-faktor
yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal: Pertama faktor
pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam
kandungan. Faktor kedua yang menentukan tingkah laku seseorang adalah
lingkungan (environ¬ment). Faktor ketiga yang menentukan tingkah laku seseorang
adalah pengalaman yang khas yang pemah diperoleh
Usaha/perjuangan
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk
mewujudkan cita – cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk melanjutkan
hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan, perjuangan untuk
hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan manusia tak dapat
hidup sempurna. Apabila manusia ingin menjadi kaya, ia harus kerja keras. Bila
seseorang ingin menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan mengikuti semua
ketentuan akademik.
Kerja
keras itu dapat dilakukan denga otak/ilmu atau jasmani/tenaga, dan bisa juga
keduanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya daripada
jasmani/tenaganya. Sebaliknya buruh bekerja keras dengan jasmani/tenaganya
daripada otaknya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan menigkatkan harkat
dan martabat manusia. Pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan tidak
mempunyai harkat dan martabat. Karena itu tidak boleh bermalas – malasan,
bersantai – santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan
manusia yang mengaturnya.
Dalam
agamapun diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist yang diucapkan
Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah
kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan
kamu akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas
itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia
lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan. Orang
bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan
memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian /
ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra
“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan
sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu mempunyai
rasa kebersamaan dan belas kasihan (cinta kasih) antara sesama manusia, maka
ketidak mampuan akan kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat
kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong menolong, bergotong
royong. Apabila sistem ini diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara
akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya sedemian rupa, sehingga
perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau
tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidu
/idiologi yang dianut oleh suatu Negara
Keyakinan atau kepercayaan
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia
merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.[1]
Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu
benar -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu
masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan
disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada
saat seseorang menganggap suatu premis benar.
Langkah-langkah
berpandangan hidup yang baik
Setiap manusia pasti
memliki sebuah pandangan hidup, dan sebagian mereka memiliki cara pandang yang
berbeda-beda dalam menanggapi suatu hal. Bagaimana setiap orang memperlakukan
pandangan hidup itu tergantung pada setiap individu yang bersangkutan. Ada yang
memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula
yang memperlakukaan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik.
Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
Mengenal.
Sebelum seseorang meyakini sesuatu pastilah ia
harus mengenal apa yang ia lihat tersebut. Mengenal merupakan langkah awal dari
berpandangan hidup yang baik di karenakan dengan mengenal, kita pun akan dapat
membedakan suatu hal yang baik dan buruk menurut cara pandang kita sehingga
kita tidak akan mengambil langkah yang salah.
Mengerti
Tidak cukup hanya dengan mengenal, kita harus mengerti
tentang apa yang sedang kita hadapi. Mengerti sebagai langkah lanjut dari
mengenal. Mengenal di ibaratkan hanya sebagai lapisan luar sedangkan jika kita
ingin mengetahui lapisan dalamnya, kita harus mengerti.
Menghayati
Setelah kita mengenal dan mengerti suatu hal tersebut,
maka langkah selanjutnya adalah menghayati. Dengan menghayati kita dapat lebih
jauh mengerti
Meyakini
Langkah selanjutnya adalah meyakini. Meyakini dapat kita
lakukan dengan memperdalam rasa mengenal, mengerti, serta menghayati. Dengan
meyakini kita dapat dengan kuat berpegang teguh pada cara pandang yang kita
yakini.
Mengabdi
Langkah terakhir untuk berpandangan hidup yang baik adalah
dengan megabdi. Mengabdi merupakan suatu usaha untuk menyerahkan segenap
keyakinan kita untuk suatu hal yang kita yakini. Dengan mengabdi menjadikan
kita lebih dekat atau bahkan menjadi satu dengan hal yang kita yakini tersebut.
Contoh: pancasila sebagai pandangan bangsa
Sumber: